Kamu makin minat untuk menjadi penulis biografi?
Yap, baca deh banyak petunjuk menulis biografi di dalam blog ini. Kamu bisa menemukan banyak tulisan dan panduan menulis biografi di dalam blog ini.
Atau, paling mudah nanti kamu cek di bagian bawah artikel ini. Di situ ada artikel-artikel terkait dengan topik penulisan biografi.
Hal yang sering dilupakan oleh penulis adalah rambu dan lampu kuning yang tidak boleh dilanggar oleh penulis biografi.
Apa saja itu?
Pertama, narasumber jangan tunggal
Kamu perlu perbanyak narasumber. Lebih-lebih bila kamu adalah pemberi jasa penulisan biografi. Narasumber yang hanya satu orang akan membuat tulisan jauh dari objektif.
Kamu juga sulit untuk mengklarifikasi banyak fakta. Ini bukan berarti narasumbermu patut diragukan informasinya. Ingat, seseorang akan cenderung untuk memfilter kisah-kisah hidupnya. Kisah yang baik akan dia ungkap detail sedangkan hal tabu akan dia tutupi.
Kedua, menanyakan dia ingin dicitrakan sebagai apa
Ya, ini pertanyaan yang rada konyol. Namun, kalau Anda lupa menanyakannya maka hasil tulisan akan lebih konyol. Jangan menjadi orang lain apalagi oposisi terhadap narasumber tokoh buku biografi.
Anda ada di pihak dia.
Kalau Anda sebagai pemberi jasa penulisan biografi berada di pihak berseberangan, jangan terima job itu. Kalau sudah deal berarti Anda siap berada di pihak dia. Melalui wawancara pertama, Anda akan tahu dia ingin dicitrakan sebagai sosok seperti apa.
Bila masih abu-abu, konfirmasikan sesuai persepsimu. Jangan sampai citra itu salah. Dalam hal ini bukan berarti Anda mengarang-arang cerita agar dia terlihat baik. Sama sekali tidak.
Anda tetap harus objektif sesuai fakta ya.
Ketiga, jangan beri porsi yang sama untuk semua fragmen
Drama kehidupan tiap orang beda-beda. Ada yang seru pada masa kecilnya namun ada orang lain yang haru-biru saat dia mulai masuk dunia kerja. Bahkan, ada orang yang banyak konflik setelah menikah.
Lantas? Ya fokuslah pada kisah-kisah yang seru itu. Tak perlu berpanjang lebar pada fragmen-fragmen kehidupan yang normal dan datar-datar saja.
Bahkan, Anda sebagai pemberi jasa penulisan biografi dapat menulis satu penggal hidupnya saja. Itulah tulisan yang disebut dengan memoar.
Keempat, memaksakan semua hasil wawancara harus ditulis
Teman, jangan merasa salah tingkah atau merasa nyaman ketika ada beberapa bagian hasil wawancara ternyata terlalu banyak, terlalu panjang, terlalu detail, atau tidak relevan.
Kamu adalah dalang cerita. Jangan ragu untuk melakukan filtering atas hasil wawancara. Pilah-pilah hasil wawancara sesuai dengan kerangka yang sudah disepakati di awal.
Jangan melebar kemana-kemana. Ingat, penulis yang kehilangan alur cerita adalah penulis junior. Tempatkan dirimu sebagai penulis senior dan profesional. Dan, mereka tahu bagaimana bertahan dengan fokusnya.
Kelima, mengabaikan outline
Dalam proses penulisan, selalu saja ada fakta baru yang tidak terdeteksi saat membuat outline. Seringkali pula muncul narasumber-narasumber sekunder yang baru. Apakah dua hal itu akan mengganggu proses penulisan buku biografi?
Sudah pasti.
Tambahan fakta hampir pasti tidak akan mengubah alur cerita. Itu adalah kembang di dalam kisah. Kamu sendiri yang memutuskan apakah kembang itu cocok dengan rangkaian kisah secara keseluruhan?
Bila tidak, tulis sekilas. Cukup beberapa paragraf saja.
Demikian pula dengan tambahan narasumber. Ini penyakit dalam penulisan biografi. Dalam beberapa kasus, narasumber utama Anda merasa rikuh bila tidak mewawancarai teman-teman lainnya. Khawatir dituduh pilih kasih.
Anda cek saja di dalam kontrak, apakah dari sisi biaya masih memungkinkan menambah narasumber. Bila biaya masih longgar, Anda sebagai pemberi jasa penulisan biografi dapat meloloskan keinginan untuk hadirnya narasumber baru.
Beri pertanyaan-pertanyaan yang mirip dengan pertanyaan untuk narasumber sekunder lainnya. Agar Anda tidak terbebani untuk memasukkan pendapat-pendapat baru dari narasumber di luar rencana awal.
keenam, jangan mengabaikan deadline
Iya, saya pun masih suka molor untuk menepati deadline. Pada praktiknya narasumber kita banyak. Bisa lima orang bahkan lebih. Kadang proses wawancara bisa terjadi sepuluh kali dengan kesulitan membuat jadwal/janjian yang memusingkan kepala.
Efeknya, deadline akan susah untuk ditepati.
Solusinya? Buat deadline yang realistis. Kadang biografi dapat selesai enam bulan. Kadang sampai setahun bahkan lebih.
Kunci yang bisa kamu pegang adalah buat rencana secara terjadwal. Jangan ragu untuk selalu reminder semua narasumber sebelum bertemu. Target pertanyaan juga wajib kamu susun untuk setiap sesi wawancara.
taruhlah kamu bisa menargetkan mendapat bahan untuk dua bab setiap satu sesi wawancara. Bila itu dapat kamu tepati maka deadline-mu bisa aman jaya.
Nah, artikel tentang cara menulis biografi ini bermanfaat? Praktikkan ya. Jangan lupa share ke medsos-mu agar tidak hanya kamu yang mendapat manfaat.