Membuat Cerita Slice of Life dan Contohnya

Slice of life adalah genre dalam fiksi yang menggambarkan kehidupan sehari-hari secara realistis, biasanya tanpa adanya konflik besar atau plot yang dramatis. Genre ini berfokus pada rutinitas, interaksi sosial, dan momen-momen kecil yang biasa terjadi dalam kehidupan karakter-karakter cerita. Cerita slice of life sering kali menunjukkan bagaimana karakter menghadapi tantangan-tantangan kecil dalam kehidupan mereka, seperti hubungan sosial, pekerjaan, atau masalah pribadi yang biasa.

Prokrastinasi penulis
Prokrastinasi penulis

Ciri-ciri utama cerita slice of life

  1. Setting yang Realistis: Cerita ini biasanya berlatar tempat yang biasa, seperti kota kecil, sekolah, kantor, atau rumah. Lingkungan dan situasi yang digambarkan cenderung mudah dikenali oleh pembaca atau penonton karena sangat dekat dengan kehidupan nyata.
  2. Karakter yang Relatable: Karakter dalam cerita slice of life biasanya adalah orang-orang biasa, dengan masalah, kebiasaan, dan perasaan yang realistis. Mereka bukan pahlawan super atau tokoh dengan kemampuan luar biasa, melainkan individu yang mungkin mirip dengan orang-orang di sekitar kita.
  3. Plot yang Minimalis: Alih-alih mengikuti alur cerita yang kompleks dengan konflik besar, slice of life sering kali fokus pada interaksi sehari-hari, percakapan ringan, atau momen introspektif yang mungkin tampak kecil tetapi sangat berarti bagi karakter.
  4. Pacing yang Lambat: Cerita slice of life biasanya memiliki tempo yang lebih lambat, memberikan ruang bagi eksplorasi karakter dan suasana hati. Momen-momen tenang atau reflektif sering kali mendapat perhatian khusus.
  5. Tema Kehidupan Sehari-hari: Isu-isu yang diangkat dalam cerita ini sering kali bersifat universal dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, seperti persahabatan, keluarga, cinta, kehilangan, kebahagiaan, dan pencarian makna dalam rutinitas.
Prokrastinasi penulis
Prokrastinasi penulis

Cara Membuat Cerita Slice of Life Menarik

  1. Karakter yang Menarik dan Kompleks: Meskipun plotnya sederhana, karakter harus memiliki kedalaman. Pembaca atau penonton perlu merasa terhubung dengan mereka, sehingga pengembangan karakter yang baik sangat penting.
  2. Detail Kehidupan Sehari-hari yang Autentik: Menangkap detail-detail kecil yang sering diabaikan dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan rasa otentisitas dan memperkaya cerita slice of life. Misalnya, kebiasaan kecil, dialog yang terdengar alami, atau rutinitas tertentu yang memiliki makna mendalam bagi karakter.
  3. Momen Emosional yang Tak Kentara: Walaupun tidak ada konflik besar, slice of life bisa sangat emosional. Momen-momen kecil yang penuh makna, seperti percakapan penting, momen kesadaran diri, atau bahkan keheningan di antara karakter, bisa memiliki dampak emosional yang besar.
  4. Penggunaan Atmosfer dan Suasana: Membangun atmosfer yang sesuai dapat memperkuat perasaan dan pengalaman yang dirasakan oleh karakter. Misalnya, suasana hujan bisa memperdalam kesan kesepian atau refleksi diri dalam cerita.
  5. Eksplorasi Tema Universal: Meski cerita slice of life sering kali sederhana, temanya harus universal dan relevan, sehingga bisa resonan dengan banyak orang. Topik seperti pencarian makna hidup, hubungan manusia, atau perasaan nostalgia bisa memberikan kedalaman pada cerita.

Dengan fokus pada hal-hal kecil yang sering kali dianggap sepele, slice of life bisa menciptakan pengalaman yang mendalam dan berarti bagi pembaca atau penonton, membuat mereka merenung tentang kehidupan mereka sendiri.

jasa penulis novel di Jakarta
jasa penulis biografi di Jakarta

Contoh Cerita Slice of Life

Ayahku paling susah diajak ke gereja bareng-bareng di hari Minggu. Kemarin, dia berdalih: Ayah seharian malah sudah ke gereja tujuh kali. Beda-beda gereja, lagi.

Ayahku memang sopir taksi online. Bukan pekerjaan yang glamor atau dipandang tinggi oleh banyak orang, tapi bagiku, Ayah adalah pahlawan. Setiap kali aku duduk di bangku belakang taksinya, menyaksikan dari jauh bagaimana ia menjalani hidupnya, aku merasa ada pelajaran besar yang bisa kupetik dari setiap harinya.

Dia punya prinsip hebat. Katanya, ada tiga tempat tujuan penumpang yang pasti Ayah layani. Pasti tidak akan Ayah cancel. Pertama, tujuan ke rumah sakit. Kedua, ke masjid. Ketiga, ke gereja.

Aku pernah bertanya, “Kenapa Ayah selalu mau mengantar ke tiga tempat itu?”

Dia hanya tersenyum tipis, seolah-olah pertanyaanku sudah sering ia dengar. “Nak, hidup ini tidak mudah untuk banyak orang. Ada yang sakit, ada yang sedang mencari ketenangan, ada yang butuh doa. Kalau mereka percaya padaku untuk mengantarkan mereka ke sana, bagaimana bisa Ayah menolak? Itu seperti menghalangi jalan mereka menuju harapan.”

Anak mana yang tak kan bangga punya ayah sebaik itu?

Tapi lebih dari rasa bangga, ada perasaan lain yang tak pernah kusangka akan kurasakan. Kadang, di malam hari ketika Ayah pulang dengan wajah lelah, aku melihat lebih dari sekadar sosok ayah yang berjuang. Aku melihat seorang pria yang, dalam kesederhanaannya, telah menemukan caranya sendiri untuk berbuat baik di dunia ini.

Suatu hari, aku ikut dengan Ayah mengantar penumpang ke gereja. Penumpang itu seorang wanita tua, membawa tas besar berisi makanan yang katanya untuk dibagikan setelah misa. Di perjalanan, mereka berbicara tentang banyak hal. Tentang anak-anaknya yang tinggal jauh, tentang suaminya yang sudah meninggal, dan tentang bagaimana gereja adalah satu-satunya tempat yang membuatnya merasa tidak sendirian. Ayah mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk, menawarkan kata-kata penghiburan yang sederhana namun tulus.

Aku duduk di belakang, menyaksikan percakapan itu, dan aku merasakan sesuatu yang hangat mengalir dalam diriku. Ada keindahan dalam cara Ayah menjalani hidupnya—keindahan yang mungkin tidak semua orang bisa lihat. Bagi Ayah, setiap penumpang adalah lebih dari sekadar pelanggan. Mereka adalah manusia dengan cerita mereka sendiri, dan Ayah, dengan caranya yang tenang, menjadi bagian kecil dari cerita itu.

Ketika kami tiba di gereja, wanita tua itu mengucapkan terima kasih dengan suara bergetar. Ayah hanya tersenyum, membantu membawakan tasnya sampai ke pintu gereja. Saat ia kembali ke mobil, aku melihat lelah di matanya, tapi juga ada kedamaian. Kedamaian yang mungkin ia temukan dari mengetahui bahwa hari ini, ia telah membantu seseorang merasa sedikit lebih baik.

Malam itu, aku merenung lama setelah Ayah tertidur. Aku menyadari bahwa dalam hidup yang sering terasa rumit dan penuh tekanan, Ayah telah menunjukkan padaku betapa pentingnya menemukan makna dalam hal-hal kecil. Mengantar orang ke gereja, ke rumah sakit, ke masjid—itu mungkin hal sepele bagi sebagian orang, tapi bagi Ayah, itu adalah caranya untuk membuat dunia ini sedikit lebih baik.

Dan saat itulah aku benar-benar mengerti. Bukan hanya tentang rasa bangga, tapi juga tentang rasa syukur. Syukur karena telah diberi kesempatan untuk belajar dari seorang pria yang, dalam kesederhanaannya, telah menjadi teladan bagiku dalam menjalani hidup ini. Seorang pria yang mengajarkan bahwa kebaikan tidak harus besar atau spektakuler, tapi bisa ditemukan dalam setiap tindakan kecil yang dilakukan dengan tulus.

Silakan Berpendapat

Data Anda kami jamin Aman *wajib diisi