Panduan Seru Menyunting Novel Remaja: Optimalkan Aturan Show, Don’t Tell!

Hai, kamu yang lagi seru-serunya menulis atau menyunting novel remaja! Menyusun cerita yang bikin pembaca remaja jatuh hati itu memang tantangan tersendiri, apalagi jika kamu pengin karya kamu gak cuma sekadar menceritakan, tapi juga bikin pembaca merasakan. Nah, di sinilah aturan “show, don’t tell” berperan penting.

Sering banget, penulis lupa dengan aturan ini. Padahal, kalau bisa diterapkan dengan baik, novel remaja kamu bisa hidup dan karakternya terasa nyata. Yuk, kita bedah bareng gimana cara menyunting novel remaja supaya “show, don’t tell” terpakai secara maksimal.

Apa Itu “Show, Don’t Tell”?

Sebelum kita masuk lebih jauh, ada baiknya kamu paham dulu, apa sih maksud dari “show, don’t tell”?

  • Tell: Kamu hanya mengatakan apa yang terjadi. Pembaca tahu informasi, tapi mereka nggak merasakannya. Misalnya: “Dara marah.” Itu hanya memberitahu pembaca kalau Dara marah.
  • Show: Kamu menunjukkan lewat aksi, dialog, atau deskripsi bagaimana perasaan atau kondisi tokoh. Misalnya: “Dara mengepalkan tinjunya hingga buku-bukunya memutih, rahangnya mengeras saat dia menatap lawan bicaranya.” Nah, dari deskripsi ini, pembaca bisa menyimpulkan kalau Dara sedang marah tanpa kamu bilang secara eksplisit.

Menarik, kan? Dengan show, pembaca jadi bisa ikut merasa, seolah mereka ada di sana, bareng karakter-karakter di novelmu.

cara menulis biografi
cara menulis biografi

Kenapa Harus “Show”?

Pembaca remaja itu suka dengan cerita yang seru dan emosional. Mereka ingin terlibat, bukan cuma jadi pengamat pasif. Novel remaja yang kuat dalam show akan bikin pembaca terhubung lebih dalam dengan karakter dan alur cerita.

Bayangin deh, kalau setiap kali ada emosi, kamu cuma menulis “sedih”, “marah”, atau “senang”, lama-lama pembaca bakal bosan. Karaktermu jadi terasa datar. Nah, show bikin semua itu lebih hidup.

Tips Menyunting Novel Remaja dengan “Show, Don’t Tell”

Sekarang, saatnya kita bahas gimana cara menyunting novel remaja kamu supaya aturan show, don’t tell ini lebih optimal.

1. Cek Deskripsi Emosi Karakter

Saat membaca ulang naskahmu, perhatikan bagaimana kamu menggambarkan emosi tokoh. Apakah kamu hanya menuliskan, “Dia sedih,” “Dia cemas,” atau “Dia bahagia”? Kalau iya, coba ubah kalimat itu menjadi lebih deskriptif. Misalnya:

  • Tell: “Rina sangat gugup saat berdiri di atas panggung.”
  • Show: “Tangan Rina gemetar, keringat dingin membasahi telapak tangannya, dan pandangannya terus mencari-cari pintu keluar di belakang aula.”

Dengan mengubahnya jadi show, kamu enggak cuma menyampaikan rasa gugup, tapi juga bikin pembaca ikut merasakannya.

2. Perhatikan Aksi Karakter

Sering kali, tindakan karakter novel bisa jadi cara yang bagus untuk menunjukkan perasaan atau niat mereka. Misalnya, daripada menulis “Dia cemburu,” kamu bisa menggambarkan bagaimana dia bertindak saat melihat gebetannya ngobrol dengan orang lain.

  • Tell: “Arif cemburu melihat Rina berbicara dengan cowok lain.”
  • Show: “Arif memalingkan wajahnya, meninju saku jaketnya dengan keras, lalu memutuskan untuk berjalan menjauh tanpa sepatah kata pun.”

Pembaca akan tahu Arif cemburu hanya dari aksinya, tanpa kamu harus bilang secara langsung.

3. Gunakan Dialog yang Berarti

Dialog novel adalah salah satu cara paling efektif untuk show. Lewat percakapan, kamu bisa menunjukkan banyak hal, mulai dari emosi, niat, hingga hubungan antar karakter. Hindari dialog yang terlalu langsung memberitahu perasaan karakter, dan coba biarkan emosi mereka tersirat dari kata-kata dan intonasi yang mereka pilih.

Contoh:

  • Tell: “Aku nggak percaya kamu tega melakukan ini padaku,” kata Alia dengan sedih.
  • Show: “Jadi, kamu memang sudah merencanakan semuanya? Hebat, sih,” kata Alia, suaranya bergetar meski dia berusaha tersenyum.

Dialog ini menunjukkan kesedihan Alia tanpa dia harus bilang langsung.

jasa memasukkan naskah ke penerbit
jasa memasukkan naskah ke penerbit

4. Mainkan Setting untuk Mendukung Emosi

Setting atau latar cerita juga bisa jadi alat ampuh untuk show. Misalnya, kalau karaktermu sedang merasa kesepian, kamu bisa menggambarkan suasana sekitar yang mendukung perasaan itu. Coba cek bagian setting di novelmu, apakah ada kesempatan untuk memperkuat emosi lewat deskripsi suasana?

  • Tell: “Dina merasa kesepian di malam itu.”
  • Show: “Dina duduk di pinggir ranjang, mendengarkan rintik hujan yang menghantam kaca jendela, satu-satunya suara di kamar yang gelap dan dingin itu.”

Suasana malam yang dingin dan sepi memperkuat rasa kesepian Dina tanpa harus diucapkan langsung.

5. Rasakan Setiap Adegan sebagai Pembaca

Setelah melakukan revisi dengan menerapkan show, don’t tell, coba baca kembali novelmu sebagai pembaca, bukan sebagai penulis. Rasakan, apakah emosi di dalam cerita sudah tersampaikan dengan baik? Apakah adegan-adegan yang kamu baca bisa membawa kamu ke dunia karakter tersebut? Jika kamu bisa ikut merasakan apa yang dialami tokoh, berarti kamu sudah sukses menerapkan show, don’t tell.

Kapan Boleh “Tell”?

Meski aturan ini penting, enggak berarti kamu harus selalu “show” sepanjang novel. Ada kalanya tell juga dibutuhkan, terutama saat kamu ingin menyampaikan informasi secara cepat dan langsung, tanpa membuang-buang halaman. Misalnya, untuk memberikan detail latar belakang atau informasi yang nggak butuh penjelasan panjang.

Ingat, keseimbangan itu penting!

teknik menulis novel
teknik menulis novel

Kesimpulan

Jadi, buat kamu yang lagi asyik menyunting novel remaja, jangan lupa terapkan aturan “show, don’t tell” untuk bikin ceritamu lebih hidup dan emosional. Dengan cara ini, pembaca akan merasa lebih terhubung dengan karakter dan alur cerita yang kamu bangun. Teruslah berlatih, baca ulang, dan selalu ingat untuk merasakan cerita sebagai pembaca, bukan sekadar penulis.

Selamat menyunting! Novel remaja kerenmu sudah menanti!

Silakan Berpendapat

Data Anda kami jamin Aman *wajib diisi