Storial.co tutup? Berhenti beroperasi? Yap, kamu enggak salah baca. Platform untuk menerbitkan karya dan kontennya banyak ditunggu pecinta cerita itu akhirnya dadah-dadah sayonara.
Terhitung mulai 10 Agustus 2023, platform itu tak lagi beroperasi. Dalam postingan Instagram mereka, tertulis pesan itu:
Halo Storialis.
Dengan berat hati kami umumkan bahwa @storialco telah berhenti beroperasi secara permanen dikarenakan masalah finansial.
Terima kasih untuk kebersamaannya selama beberapa tahun ini.
Kami sangat berterima kasih dan memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan kami selama menjadi penerbit dan wadah bagi penulis dan pembaca di seluruh Indonesia.
Semoga kita bisa bertemu lagi di lain kesempatan dengan kondisi lebih baik.Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf.
Salam,
Storial.co.
Lantas, bagaimana dengan nasib penulis yang sudah pasang naskah di Storial.co? Apakah bisa menarik naskahnya? Lantas, bagaimana dengan royalti mereka?
Tenang …. Proses permintaan, penarikan naskah, royalty, dan lain-lain telah mereka berikan jalur untuk mengurus. Bila kamu pernah pasang naskah di sana, silakan kunjungi link bit.ly/permintaannaskahstorial. Tapi ingat ya, permintaan naskah hanya dilayani sampai akhir Agustus 2023. Mungkin karena tim atau karyawan mereka sudah bubar setelah itu.
Storial.co lumayan moncer di masa pandemi Covid-19 lalu. Tercatat, Dewi Lestasi telah memanfaatkan platform itu (atau saling memanfaatkan alias bekerja sama ya) untuk mengedarkan konten Rapijali dalam format cerita bersambung.
Komentar-komentar sedih berdatangan dari para penulis cerita dan penggemar tulisan fiksi atas kejadian Storial.co tutup ini. Namun, apa mau dikata, platform seperti ini–bahkan penerbit sekalipun harus realistis untuk menutup bidang usahanya. Ingat yaaaa …. ini murni bisnis, berorientasi pada profit.
Mengapa Storial.co dan Penerbit Pun Tutup?
Kasus semirip tutupnya Storial.co adalah tumbangnya penerbit-penerbit kecil di daerah yang akhirnya menyanyikan sayonara di akun media sosial mereka. Lantas, ada apa dengan mereka? Tentu beda institusi akan beda pula alasan penutupan bisnis penerbitan mereka.
Terdapat beberapa alasan mengapa sebuah penerbit (buku cetak, buku digital, maupun format platform digital) yang terlihat masih aktif tiba-tiba tutup. Berikut adalah beberapa argumen yang dapat menjelaskan fenomena ini (disclaimer: tetapi tidak selalu karena alasan ini, ya):
Perubahan Pasar
Industri penerbitan memiliki pasar yang berubah-ubah dengan cepat. Perubahan preferensi pembaca, peningkatan popularitas format digital, atau perubahan dalam tren sastra dapat membuat beberapa penerbit kalah bersaing atau mengalami kesulitan beradaptasi.
Masalah Keuangan
Salah satu penyebab utama tutupnya penerbit adalah masalah keuangan. Biaya produksi, distribusi, dan promosi buku dapat sangat tinggi. Jika penerbit kesulitan menjaga arus kas atau memiliki utang yang tak teratasi, mereka mungkin terpaksa menutup usaha. Lebih-lebih kalau mereka terlanjur membuat tim karyawan yang besar sehingga menggerus arus kas.
Tidak Mendapatkan Karya Berkualitas
Jika penerbit gagal mendapatkan karya-karya yang berkualitas atau menarik bagi pembaca, hal ini dapat berdampak pada penjualan dan reputasi mereka. Kekurangan portofolio yang menarik dapat menyebabkan penurunan pendapatan.
Kepemimpinan dan Manajemen yang Buruk
Kurangnya manajemen yang efektif, keputusan yang tidak tepat, atau perencanaan yang kurang baik dapat menyebabkan penerbit menghadapi kesulitan. Jika penerbit tidak mampu mengatasi konflik internal atau menghadapi masalah operasional, ini dapat memengaruhi kelangsungan usaha.
Persaingan Ketat
Industri penerbitan adalah pasar yang kompetitif. Persaingan dari penerbit lain, termasuk penerbit besar dan perusahaan baru, atau platform baru dapat membuat penerbitan yang lebih kecil berjuang untuk bertahan.
Tidak Mengikuti Perubahan Teknologi
Dengan adanya pergeseran menuju format digital, penerbit harus mengikuti perubahan ini untuk tetap relevan. Jika penerbit tidak mampu mengadopsi teknologi baru atau mengembangkan strategi pemasaran digital yang efektif, mereka dapat kehilangan pangsa pasar.
Krisis Eksternal
Faktor eksternal seperti pandemi (seperti COVID-19), krisis ekonomi, atau perubahan regulasi pemerintah dapat secara signifikan memengaruhi bisnis penerbitan. Pandemi misalnya, menyebabkan penutupan toko-toko fisik dan perubahan dalam kebiasaan pembaca, yang dapat berdampak negatif pada penjualan. Dalam kasus platform digital, Memang pandemi malah membuat popularitas mereka meningkat. Sayangnya euforia “membaca dari rumah” hanya seumur jagung. Modal belum balik sedangkan mereka terlanjut investasi tinggi dengan banyak karyawan.
Kehilangan Kepemimpinan Kunci
Jika penerbit kehilangan tokoh-tokoh kunci dalam organisasi, seperti editor terkemuka atau pemimpin kreatif, hal ini dapat merusak kualitas dan arah penerbitan mereka.
Ketidakmampuan Beradaptasi
Perubahan dalam preferensi pembaca atau tren sastra baru bisa sangat cepat. Penerbit yang tidak mampu merespons perubahan ini dengan cepat mungkin akan tertinggal.
Isu Hukum
Masalah hukum seperti sengketa hak cipta, gugatan, atau masalah hukum lainnya dapat menghabiskan sumber daya penerbit dan mengganggu operasi bisnis mereka hingga titik mereka harus menutup.
Ditinggalkan Penulis Top
Bukan rahasia lagi, hukum paretto bisa jadi berlaku pula untuk dunia penerbitan. Bisnis mereka ditopang oleh 20% publikasi dari penulis top yang bestseller. Ketika para penulis top itu berpindah platform/penerbitan, atau mereka tak lagi produktif maka terjadi goncangan atas arus kas mereka.
Semua faktor ini, baik secara terpisah atau kombinasi beberapa faktor di atas, dapat menyebabkan penerbit yang sebelumnya terlihat aktif harus menghentikan operasi mereka.
Sayonara Storial.co. Tutup aja enggak apa-apa. Masih ada platform lain yang akan saling tumbuh dengan kemasan baru. Pembaca kita tidak fanatik amat pada satu publisher kok. Sukses terus untuk tim Storial.co, selamat berkarya di ladang literasi yang berbeda. Atau, bisnis lainnya.
Saya, Anang YB tetap berharap agar para penulis cerita terus berkarya.